Jumat, 09 April 2010

TIPS MENANGKAP NYAMUK


Oleh: Muchojin Puji Santoso


Nyamuk memang sangat mengganggu bagi manusia. sehingga badan bisa bentol-bentol karena digigit oleh nyamuk. lebih parah daripada itu nyamuk bisa menyebabkan penyakit demam berdarah. berikut adalah tips membunuh nyamuk yang sangat mudah.


Metode ini ditemukan oleh Kelas anak-anak cerdas di SD Yong-An di Taipei, Taiwan . (Hsu Jia-Chang sang penemu, yang dibantu oleh gurunya).


Bahan yang diperlukan :


» Sebuah Botol plastik berukuran 2 liter


» 50 gram gula pasir


» 1 gram bubuk ragi


» Termometer


» Gelas ukur


» Cutter


» Kertas Hitam


Langkah Awal


Potong Botol seperti gambar diatas. Simpan bagian atasnya untuk langkah ke 4


Langkah Kedua


Campur 200ml air panas dengan 50 gram gula. Lalu dinginkan air gula menjadi 40 derajat.


Langkah ketiga


Tuangkan air gula kedalam botol Dan tambahkan bubuk ragi. Anda tidak perlu mencampurnya karena akan beraksi berangsur-angsur dengan gula untuk memproduksi CO2.


Langkah keempat


Masukkan bagian atas botol ke bagian bawahnya seperti terlihat pada gambar. Usahakan sekencang mungkin (tidak longgar), agar gas CO2 yang diproduksi hanya keluar melalui lubang tengah saja.


Langkah Kelima


Lapisi dengan kertas hitam untuk membuat bagian dalam botol menjadi gelap, sehingga disukai oleh nyamuk.


Tips:


Sebaiknya tempatkan di tempat yang gelap Dan tempatkan disudut ruangan.


Setelah dua minggu anda bisa mempunyai segerombolan penuh nyamuk mati di dalam perangkap.


Ganti air gula Dan ragi setiap 2 minggu sekali.


USIR SARIAWAN YANG MENGANGGU

Oleh: Muchojin Puji santoso


Beberapa hari ini aku sakit sariawan, biasanya nya penyakit ku ini akan sembuh dengan sendirinya, tapi entah kenapa sariawan aku ga berhenti2, sakit di mulut dan selesai sariawan nyambung di lidah, nyambung lagi di gusi, dan seterusnya, sebenarnya penyakit ini ga mengganggu aktivitasku sih, cuma tiap aku minum atau makan selalu merasa pedih pada luka sariawan, karena aku penasaran aku menelusuri cara mengatasi sariawanku ini dan info lengkapnya :



Mengatasi Sariawan


Sariawan atau stomatitis adalah radang yang terjadi pada mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan. Bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun berkelompok. Sariawan dapat menyerang selaput lendir pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah, gusi, serta langit-langit dalam rongga mulut. Meskipun tidak tergolong berbahaya, namun sariawan sangat mengganggu.


Sariawan dapat disebabkan oleh kondisi mulut itu sendiri, seperti kebersihan mulut yang buruk, pemasangan gigi palsu, luka pada mulut karena makanan atau minuman yang terlalu panas, dan kondisi tubuh, seperti adanya alergi atau infeksi.


Sariawan identik dengan kekurangan vitamin C. Kekurangan vitamin itu memang mengakibatkan jaringan di dalam rongga mulut dan jaringan penghubung antara gusi dan gigi mudah robek yang akhirnya menyebabkan sariawan. Namun, kondisi tersebut dapat diatasi jika kita sering mengonsumsi buah dan sayuran.



Sariawan umumnya ditandai dengan rasa nyeri seperti terbakar yang terkadang menyebabkan penderita sulit untuk menelan makanan, dan bila sudah parah dapat menyebabkan demam. Gangguan sariawan dapat menyerang siapa saja, termasuk bayi yang masih berusia 6-24 bulan.


Banyak penelitian menunjukkan bahwa faktor psikologis (seperti emosi dan stres) juga merupakan faktor penyebab terjadinya sariawan. Kondisi lainnya yang diduga memicu sariawan yaitu kekurangan vitamin B, vitamin C, serta zat besi; luka tergigit pada bibir atau lidah akibat susunan gigi yang tidak teratur; luka karena menyikat gigi terlalu keras atau bulu sikat gigi yang sudah mengembang; alergi terhadap suatu makanan (seperti cabai dan nanas); gangguan hormonal (seperti sebelum atau sesudah menstruasi); menurunnya kekebalan tubuh (setelah sakit atau stres yang berkepanjangan); dan adanya infeksi oleh mikroorganisme.


Sariawan dapat diredakan dengan menggunakan beberapa jenis obat, baik dalam bentuk salep (yang mengandung?antibiotika dan penghilang rasa sakit), obat tetes, maupun obat kumur. Saat ini, sudah banyak tersedia pasta gigi yang dapat mengurangi terjadinya sariawan. Jika sariawan sudah terlanjur parah, dapat digunakan antibiotika dan obat penurun panas (bila disertai dengan demam). Sariawan umumnya akan sembuh dalam waktu 4 hari. Namun, bila sariawan tidak kunjung sembuh, segera periksakan ke dokter, karena hal itu dapat menjadi gejala awal adanya kanker mulut.


Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya sariawan, antara lain yaitu menghindari kondisi stres; sering mengonsumsi buah dan sayuran, terutama yang mengandung vitamin B, vitamin C, dan zat besi; menjaga kesehatan atau kebersihan gigi dan mulut; serta menghindari makanan dan obat-obatan yang dapat menyebabkan reaksi alergi pada rongga mulut.

HATI-HATI MAKAN MIE INSTAN

Mie instan memang bagi sebagiAn orang (anak kost) merupakan makanan pengganti jika kehabisan stok bekal atau persedian, bisa di lihat di link dibawah ini jika anda penasaran ingin mengetahuinya.



1. http://aliyahasna.blogspot.com/2008/08/hati-hati-bahayanya-mie-instan.html


2. http://zigma.wordpress.com/2006/12/19/di-balik-gurihnya-mie-instan/


3.http://lecturer.eepis-its.edu/~tessy/index.php?option=com_content&task=view&id=44&Itemid=2


4. http://blog.bukukita.com/users/penabali/?postId=2897


setelah membaca dari sekian sumber di atas saya berkesimpulan bahwa mengkonsumsi mie instan untuk jangka pendek tidak akan terasa, dan tidak akan mengakibatkan sakit, jadi akan tau jika beberapa tahun kemudian setelah dokter menyebutkan anda terkena kanker usus…




jadi saran saya hindari makan mie instan jika anda peduli akan kesehatan mu.. karena kesehatan merupakn anugrah dari Allah SWT.


MINUMAN ISOTONIK

Bbrp minuman yg saat nie di larang & ditarik dari peredaran = frezz Mix, ize pop, nihdu orange drink, amazone, MIZONE, zhuka sweat, arinda, cafeta zone, amico sweat, oki jelly drink, jelly juice, fruit jam, zeger Iso Tonic, boy zone, coffe cup, jelly cool drink, ZPORTO, jungle juice, zes tea, mogu2…. MEngandung siklomat, bisa menyebabkan penyakit lupus ( marusak antibodi dan blm ada obat) larangan nie sdh di sebar di skul2 di JKT. Fw key g laen yach…


Search di Google nemu artikel berikut (Jawapos dan Republika) :


http://www.jawapos. co.id/index. php?act=detail_ c&id=256676


JAKARTA - Hati-hati mengonsumsi minuman dalam kemasan. Terutama minuman


berjenis isotonik. Zat pengawet yang ada dalam minuman kemasan itu sangat


berbahaya. Salah satunya dapat menyebabkan penyakit sistemic lupus


erythematosus (SLE) yang menyerang sistem kekebalan tubuh.


Komite Masyarakat Antibahan Pengawet (Kombet) kemarin merilis hasil risetnya


terhadap 28 minuman dalam kemasan. Yang paling banyak diteliti adalah


minuman isotonik. "Ternyata sebagian besar minuman dalam kemasan mengandung


bahan pengawet yang membahayakan tubuh," kata Ketua Kombet Nova Kurniawan


saat konferensi pers di Hotel Sari Pan Pasific kemarin.


Penelitian Kombet yang disupervisi Lembaga Penelitian Pendidikan dan


Penerangan Jakarta itu dilakukan di tiga laboratorium, yakni di Sucofindo


Jakarta, M-Brio Bogor, dan Bio-Formaka Bogor. Ada dua zat pengawet yang


dicari dalam minuman kemasan, yakni natrium benzoate dan kalium sorbet.


Riset tersebut dilakukan 17 Oktober hingga 3 November 2006.


Hasilnya, minuman dalam kemasan diklasifikasi dalam empat kategori. Kategori


pertama adalah produk yang tidak ditemukan bahan pengawet natrium benzoate


dan kalium sorbat. Yakni, Pocari Sweat, Vita-Zone, NU Apple EC, Jus AFI, dan


Sportion.


Kategori kedua, produk yang memakai pengawet natrium benzoat dan


mencantumkannya di label kemasan. Minuman yang masuk kategori ini adalah


Freezz Mix, Ize Pop, Nihau Orange Drink, Zhuka Sweat, Amazone, Kino Sweat,


Arinda Sweat, Arinda Ice Coffee, Cafeta, Vzone, Pocap, Amico Sweat, Okky


Jelly Drink, Deli Jus, dan Fruitsam.


Ada juga minuman yang mengandung dua pengawet, natrium benzoat dan kalium


sorbat, tetapi hanya mencantumkan satu jenis pengawet. Yakni Mizone,


Boy-zone, dan Zegar Isotonik. Yang paling parah adalah minuman yang


mengandung pengawet, tapi tidak mencantumkannya dalam label kemasan. Minuman


tersebut adalah Kopi Kap, Jolly Cool Drink, Zporto, Jungle Juice, Zestea,


dan Mogu-mogu.


"Kategori ketiga dan keempat masuk dalam kategori pembohongan publik. Dirjen


Pengawasan Obat dan Makanan Depkes harus bertindak tegas dan menarik produk


tersebut dari pasar," kata Nova.


Kombet berencana melakukan class action terhadap BPOM karena mengeluarkan


izin minuman berbahan pengawet yang membahayakan manusia. Produsen minuman


juga dianggap melanggar Permenkes 722 Tahun 1988 tentang Bahan Tambahan


Makanan. Juga UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, serta UU No


7 Tahun 1996 tentang Pangan. "Jalur hukum sedang disusun berkasnya,"


katanya.


Peneliti Lembaga Konsumen Jakarta (LKJ) Nurhasan yang ikut dalam konferensi


pers kemarin mengatakan, perkembangan penyakit lupus meningkat tajam di


Indonesia. "Tahun ini saja, di RS Hasan Sadikin Bandung sudah terdapat 350


orang yang terkena SLE (sistemic lupus erythematosus) ," jelasnya.


Penyakit tersebut merupakan peradangan menahun yang menyerang berbagai


bagian tubuh, terutama kulit, sendi, darah, dan ginjal. Hal itu disebabkan


adanya gangguan autoimun dalam tubuh.


Sistem kekebalan tubuh seseorang yang seharusnya menjadi antibodi tidak


berfungsi melindungi, tapi justru sebaliknya, menggerogoti tubuh sendiri.


Gejalanya, kulit membengkak, kencing berdarah atau berbuih, gatal-gatal, dan


sebagainya. "Penyakit ini menyebabkan kematian dan belum ada obatnya,"


terang Nurhasan.


Penyakit lain yang disebabkan bahan pengawet minuman dalam kemasan adalah


kanker. "Karena itu, produsen minuman kemasan sebaiknya memperhatikan hak


konsumen untuk sehat. Caranya dengan memperpendek masa kedaluwarsa atau


menghilangkan sama sekali bahan pengawet dalam minuman kemasan," kata


Nurhasan. (tom/fal)


Dan



Rabu, 15 Nopember 2006




Banyak Minuman Kemasan tak Cantumkan Bahan Pengawet




Jika dikonsumsi terus menerus dan berakumulasi, akan menimbulkan efek terhadap kesehatan.




Sejumlah minuman kemasan yang beredar di pasaran ditengarai menggunakan bahan pengawet yang dapat berbahaya bagi kesehatan. Celakanya, pada label kemasan produk kerap tidak dicantumkan komposisi bahan pengawet tersebut sehingga sangat merugikan konsumen.




Ketua Komite Masyarakat Anti Bahan Pengawet (Kombet), Nova Kurniawan mengatakan, pihaknya menemukan adanya beberapa merek produk minuman kemasan yang mengandung bahan pengawet jenis kalsium sorbat dan natrium benzoat. "Minuman kemasan itu biasa dijual di pasar, warung pinggir jalan, dan swalayan," ujarnya kepada pers, Selasa (14/11) di Jakarta.




Untuk mengetahui ada tidaknya bahan pengawet dalam minuman kemasan, dilakukan kerja sama dengan tiga lembaga peneliti, yakni LP3ES, Sucofindo Jakarta, M-Brio Bogor dan Bio Farmaka Bogor. Sampel diambil secara acak, terutama pada jenis produk minuman isotonik, untuk selanjutnya diuji secara laboratorium.




Menurutnya, dari hasil riset terhadap 15 produk minuman pada tanggal 17-20 November 2006 oleh Sucofindo Jakarta, menunjukkan bahwa produk yang terdeteksi mengandung pengawet natrium benzoat (Na benzoat) adalah Zporto (376,17 miligram/liter), Freez Mix (267,84 mg/l), Arinda Sweat (286,08 mg/l), Zhuka Sweat (214,15 mg/l), Kino Sweat (260,86 mg/l), Amazone (433,30 mg/l) Boyzone (280,41 mg/l), Amico Sweat (289,93 mg/l), dan Pocap (263,39 mg/l). Produk yang mengandung kalium sorbat (K sorbat) adalah Zegar (95,37 mg/l). Sementara, yang terdeteksi mengandung Na benzoat dan K sorbat yakni Mizone (107,28 mg/l dan 91,20 mg/l).




Hasil riset M-Brio bogor yang dikeluarkan pada 3 Nopember terhadap produk yang sama menunjukkan Mizone (Orange Lime) mengandung K sorbat 113 mg/l dan Freez Mix mengandung Na benzoat 120 mg/l. Berikutnya, Arinda Sweat (Na benzoat 119 mg/l), Zegar (K sorbat 116 mg/l), Zhuka Sweat (Na benzoat 117 mg/l) Kino Sweat (Na benzoat 122 mg/l), Amazon (Na benzoat 118 mg/l), Boyzone (Na benzoat 123 mg/l) V-Zone (Na benzoat 120 mg/l) Americo Sweat (Na benzoat 121 mg/l) dan Pokap (Na benzoat 123 mg/l).




Laporan dari Bio Farmaka Research Center IPB Bogor juga menemukan Mizone baik rasa Passian Fruit dan Orange Lime mengandung pengawet natrium benzoat dan kalium sorbat, demikian pula pada produk Jungle Jus. Sedangkan untuk Vitazone, Pocari Sweat, Rezza Sportion, Nu Apple EC dan Jus AFI tidak ditemukan kedua jenis pengawet tadi.




Lebih jauh, Nova menyatakan, meski kandungan bahan pengawet rata-rata tidak terlalu besar, akan tetapi jika dikonsumsi terus menerus dan berakumulasi, akan menimbulkan efek terhadap kesehatan. Bahan pengawet pada dasarnya merupakan bahan yang ditambahkan pada makanan untuk menghambat terjadinya kerusakan atau pembusukan makanan dan minuman. Penggunaan pengawet terutama dilakukan oleh perusahaan yang memproduksi minuman mudah rusak. Dengan pemberian pengawet tersebut, produk minuman diharapkan dapat terpelihara kesegarannya.




Tetapi, meski mengandung bahan pengawet, masyarakat masih terus mengkonsumsi produk-produk itu. "Masyarakat memang tidak diberitahu akan hal itu, karena pada label kemasannya, tak ada penjelasan tentang komposisi kandungan bahan pengawetnya," imbuh Nova. Kalau pun dicantumkan, lanjut dia, penjelasan mengenai komposisi itu biasanya ditulis menggunakan huruf yang amat kecil, sehingga tidak mudah dibaca. Atau, memakai bahasa asing sehingga tidak mudah dipahami oleh konsumen.




Selama ini, ada tiga kelompok produk yang beredar di pasaran. Pertama, produk yang tidak menggunakan bahan pengawet. Kedua, produk yang menggunakan bahan pengawet dan mencantumkan pada label makanan. Ketiga, menggunakan bahan pengawet tapi tak mencantumkan pada kemasan. Padahal, adanya label yang mencantumkan komposisi kandungan bahan pada produk tadi, amatlah penting. Maka dari itu, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Depkes, harus bertindak tegas dengan mencabut izin produk minuman yang tidak sesuai ketentuan.




Sementara, Nur Hasan dari Lembaga Konsumen Jakarta (LKJ) mengatakan bahwa produk yang sengaja tidak mencantumkan komposisi bahan pada label kemasan, bisa dikatakan telah melanggar UU Perlindungan Konsumen, Peraturan Pemerintah tentang Iklan dan Label Pangan serta Pedoman Umum Pelabelan Produk Pangan. Menurutnya, tak hanya pengawet, sebenarnya produk makanan maupun minuman yang beredar, juga banyak mengandung bahan pewarna serta pemanis. "Kita tentu sangat prihatin, karena penggunaan yang tidak terkontrol dari bahan-bahan tadi dapat berbahaya bagi kesehatan," tandasnya.





Berbagai jenis penyakit bisa timbul akibat akumulasi dari bahan tersebut dalam tubuh. Seperti, kanker dan menyebabkan systemic lupus erythematosus (SLE), dan sebagainya. Dengan begitu, dia mengharapkan agar masyarakat lebih kritis dan berhati-hati dalam membeli produk minuman atau makanan kemasan antara lain dengan meneliti lebih dahulu komposisi kandungan bahan pada label kemasan. n yus


Mengenai SLE bisa dilihat disini :



http://en.wikipedia.org/wiki/Systemic_lupus_erythematosus

MAKANAN SEHAT





Masih banyak orang bertanya-tanya, amankah mengonsumsi produk makanan atau minuman kemasan dari segi kesehatan? Agar tidak ragu-ragu lagi untuk mengonsumsi atau tidak produk-produk tersebut, baca habis panduan pakar gizi berikut ini.


Pertumbuhan perusahaan makanan dan minuman kemasan di Indonesia telah mendorong terjadinya perubahan perilaku makan masyarakat. Makan tidak cukup hanya kenyang, tetapi juga harus bergizi dan sehat serta ada unsur tambahan yang menggugah selera.



Banyak makanan dan minuman kemasan yang diproduksi dengan terutama memperhatikan aspek


selera, sehingga makanan dan minuman itu disukai kaum tua maupun muda. Minuman ringan yang rasanya menyengat pun ternyata bisa dinikmati oleh anak balita, apalagi junk food berwujud makanan ringan yang memang rasanya menggugah selera.


Kecanggihan teknologi pengolahan makanan, pengemasan, dan penyimpanan secara tidak langsung sebagian memang menguntungkan konsumen. Kalau dulu kita sering jengkel karena susu yang kita buat banyak gumpalannya, kini telah hadir susu instan yang dijamin tidak akan menggumpal. Demikian pula kita bisa merasakan repotnya membuat mi goreng atau rebus, tetapi saat ini dengan mudah orang bisa membeli mi instan yang dapat disajikan dengan cepat dan rasanya tak kalah dengan mi tradisional.



Masih banyak contoh makanan maupun minuman kemasan yang kini dapat dengan mudah dijumpai di berbagai toko, warung, atau pasar swalayan. Pertumbuhan makanan dan minuman kemasan ini demikian cepat sehingga kalau pada waktu PD II dulu hanya bisa dijumpai kurang lebih 1.000 produk kemasan, kini bisa dijumpai lebih dari 10.000 produk yang siap dikonsumsi.


Apa rahasia membanjirnya produk makanan dan minuman kemasan itu? Tak salah lagi, peranan bahan tambahan makanan (BTM) sangatlah besar untuk menghasilkan produk-produk kemasan. BTM bukan cuma zat pengawet tetapi juga aroma stroberi pada minuman ringan serta warna merah pada minuman cocktail. Dalam pembuatan dressing salad diperlukan emulsifiers untuk mencampur minyak dan air agar tidak terpisah.



Salah satu alasan mengapa senyawa kimia diperlukan untuk pengawetan makanan adalah karena berubahnya cara produksi, pemasaran, serta konsumsi suatu makanan. Rentang waktu ketika makanan diproduksi dan ketika mencapai konsumen kini semakin panjang. Di Lain pihak, konsumen mengharapkan semua makanan tersedia sepanjang tahun dan bebas dari mikroorganisme pembawa penyakit. Berbagai mikroba dari jamur sampai bakteri merupakan agen pembusuk yang sering menimbulkan masalah pada keamanan pangan.


BTM bermacam-macam


Jika suatu zat kimia yang ditambahkan pada makanan dapat menyebabkan kanker, zat kimia itu harus dilarang pemakaiannya. Ini sebuah prinsip yang telah menjadi hukum di AS dan telah diundangkan sejak 1958. Namun, produsen bisa pula berdalih, bagaimana jika zat kimia itu mampu mencegah racun botulism yang mematikan yang terdapat pada daging kalengan? Nitrit adalah senyawa pengawet itu, yang biasanya ditambahkan pada daging kalengan dan menimbulkan perdebatan berlarut-larut.


Keberadaan BTM adalah untuk membuat makanan tampak lebih berkualitas, lebih menarik, serta rasa dan teksturnya lebih sempurna. Zat-zat itu ditambahkan dalam jumlah sedikit, namun hasilnya sungguh menakjubkan.


BTM ternyata sudah lama digunakan dalam pengawetan makanan. Orang Romawi kuno menggunakan garam untuk mengawetkan daging, dan sulfur untuk mencegah terjadinya oksidasi pada minuman anggur. Kini, keprihatinan masyarakat semakin bertambah dengan semakin panjangnya daftar BTM. Ini meliputi jenis BTM yang telah diizinkan maupun dari jenis yang belum diteliti.


Pendapat yang sering kontroversial adalah kemungkinan timbulnya kanker akibat BTM. Sebenarnya, kanker adalah penyakit dengan beberapa penyebab yang bersifat kompleks. Sebagian kanker justru diduga disebabkan oleh faktor lingkungan, misalnya asap rokok, polusi udara, sinar ultraviolet, dll. Kanker berkembang sangat lambat dalam tubuh manusia. Biasanya memakan waktu 5 - 10 tahun setelah seseorang kontak dengan bahan karsinogenik (penyebab kanker).


Karena itu mencari penyebab kanker pada manusia menjadi lebih sulit. Untuk menguji suatu zat menyebabkan kanker, maka dilakukan percobaan pada binatang. Secara alami usia hewan percobaan (tikus) adalah 2 - 3 tahun. Karena itu hewan ini mampu memberikan informasi cukup setelah diberi makanan tertentu yang mengandung zat yang diduga bersifat karsinogenik. Munculnya kanker pada hewan percobaan akan membuat kita lebih berhati-hati ketika memilih makanan kemasan yang mengandung zat karsinogenik itu.


Sampai saat ini belum ada dampak langsung (seketika) yang menunjukkan BTM berakibat buruk pada janin dalam kandungan. Namun, pada binatang percobaan terlihat sakarin (pemanis buatan) bersifat racun bagi janin. Meskipun hal ini masih perlu penelitian yang lebih intens, sebaiknya ibu hamil berhati-hati ketika memilih makanan atau minuman kemasan yang mengandung sakarin.


Pada dekade 1970 - 1980-an terjadi perdebatan cukup panjang tentang dampak monosodium glutamate atau MSG (bumbu masak). Tikus muda yang baru lahir mengalami cacat setelah diberi ransum mengandung MSG. Penelitian lainnya menggunakan anak ayam menunjukkan munculnya gejala-gejala mengantuk setelah anak ayam mengonsumsi MSG. Itulah sebabnya MSG pernah dilarang pada makanan bayi di Inggris dan Singapura. Penelitian yang sama, yang dilakukan pada kera dan anjing, ternyata tidak membuktikan hal itu.


Penggunaan bahan pengawet paling banyak digunakan di Indonesia adalah sulfit, nitrit, BHA atau BHT, dan benzoat. Perdebatan para ahli mengenai aman tidaknya behan pengawet itu masih seru. Sebagian orang beranggapan, belum ada BTM yang pernah menyebabkan reaksi serius bagi manusia dalam jumlah yang sering ditemukan pada makanan. Namun, bukti lain menunjukkan, pemakaian dalam jangka panjang dapat menimbulkan masalah kesehatan.


Bahan pengawet sulfit dapat menyebabkan reaksi cukup fatal bagi mereka yang peka. Bagi penderita asma, sulfit dapat menyebabkan sesak dada, sesak napas, gatal-gatal, dan bengkak. Sulfit digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan kapang. Jenis produk seperti jus buah, sosis, dan acar kering sering menggunakan pengawet ini.


Pada 1989 terdapat kasus biskuit beracun yang menelan korban 38 jiwa manusia. Ini akibat mengonsumsi natrium nitrit yang secara tidak sengaja ditambahkan pada makanan karena kekeliruan. Nitrit adalah pengawet pada daging. Pada daging kalengan (corned) nitrit bisa digunakan dengan dosis 50 mg/kg.


Awalnya, nitrit dan nitrat digunakan untuk memperoleh warna merah yang seragam pada daging yang diawetkan. Belakangan diketahui, zat itu dapat menghambat pertumbuhan bakteri Clostridium botulinum yang sering muncul pada makanan awetan. Penggunaan nitrit dan nitrat semakin meluas seperti pada pembuatan sosis, ham, dan hamburger.


Jika makanan diawetkan, umumnya akan kehilangan vitamin A dan E. Kedua vitamin itu bersifat sebagai antioksidan untuk mencegah terjadinya oksidasi yang menyebabkan kerusakan. Penggunaan BHA/BHT juga sebagai antioksidan, namun sudah ada penelitian yang membuktikan bahwa BHA/BHT sebenarnya kurang baik karena menyebabkan kelainan kromosom sel bagi orang yang alergi terhadap aspirin.



Pengguanaan pengawet benzoat dimaksudkan untuk mencegah kapang dan bakteri khususnya pada produk sirup, margarin, kecap, selai, jeli, dan cider. Benzoat sejauh ini dideteksi sebagai pengawet yang aman. Di AS benzoat termasuk senyawa kimia pertama yang diizinkan untuk makanan. Senyawa ini digolongkan dalam Generally Recognized as Safe (GRAS). Bukti-bukti menunjukkan, pengawet ini mempunyai toksisitas sangat rendah terhadap hewan maupun manusia. Ini karena hewan dan manusia mempunyai mekanisme detoksifikasi benzoat yang efisien.


Dilaporkan bahwa pengeluaran senyawa ini antara 66 - 95% jika benzoat dikonsumsi dalam jumlah besar. Sampai saat ini benzoat dipandang tidak mempunyai efek teratogenik (menyebabkan cacat bawaan) jika dikonsumsi melalui mulut, dan juga tidak mempunyai efek karsinogenik.


Masih tetap bergizi


Minuman ringan (soft drink) kini bagian tak terpisahkan dari restoran fast food. Selain itu terdapat pula minuman ringan dalam kemasan kaleng atau botol plastik. Minuman ringan mengandung sukrosa (gula) relatif tinggi. Karena itu yang dapat diandalkan dari minuman ini hanyalah kalorinya. Selain itu minuman ini juga mengandung BTM yang diizinkan, seperti asam sitrat. Sebagian minuman ringan mengandung kafein yang mmeberikan efek terjaga bagi orang yang meminumnya.


Minuman bubuk instan dapat dibuat secara mudah dengan menambahkan air, kemudian diaduk, dan siap dinikmati. Sayangnya, komposisi gizi minuman instan ini sering tidak dicantumkan dalam label sehingga konsumen tidak bisa mengetahui unsur gizi apa yang ada di dalamnya dan berapa jumlahnya.


Kalau dulu kita hanya bisa menikmati susu segar, kini beragam produk susu kemasan dapat dengan mudah kita temukan. Sebagian susu kemasan mengandung zat pewarna dan zat penambah cita rasa sehingga susu bisa dinikmati oleh siapa pun termasuk orang yang sebenarnya tidak menyukai susu. Sebagai minuman yang bergizi, susu kemasan tetap dapat diandalkan sebagai sumber protein dan kalsium. Dalam kemasan tetrapak 200 ml, susu mengandung 200 g kalsium dengan protein sekitar 6 g. Sedangkan pada susu sapi segar terkandung 143 g kalsium per 100 ml susu dan kandungan proteinnya relatif sama.


Sebagian dari kita mungkin telah menyadari manfaat minuman terbuat dari jus buah atau sayur. Kita bisa memperoleh beragam vitamin, mineral, dan serat dengan meminum jus tanpa harus merasa terlalu kenyang. Peranan jus kini mulai tergantikan dengan adanya minuman kemasan, baik untuk takaran individu maupun keluarga. Untuk mempertinggi nilai gizinya, ada jus kemasan yang diperkaya dengan vitamin dan mineral. Berbagai jus kemasan yang dijual di pasaran umumnya mengandalkan vitamin C sebagai salah satu gizi unggulan. Dalam kemasan 250 ml kandungan vitamin C berkisar 30 - 50 g. Ini setara dengan satu buah jeruk segar.


Peranan kemasan sangat besar untuk mencegah terjadinya kerusakan vitamin. Penggunaan karton tetrapak ternyata lebih menguntungkan daripada botol. Dalam suhu kamar kerusakan vitamin C dalam minuman kemasan botol dapat mencapai 70% setelah 10 minggu. Tetapi dengan kemasan tetrapak kerusakannya hanya 30%. Penyimpanan dalam lemari pendingin hanya menyebabkan kerusakan 10%.


Sayang sekali, banyak penjual minuman kemasan (khususnya warung-warung) tidak melengkapi diri dengan lemari pendingin sehingga minuman kemasan yang dijual banyak terpapar oleh panas matahari dan menyebabkan kerusakan gizi.


Proses pengemasan itu sendiri sebenarnya tidak banyak merusak nilai gizi. Bahkan sebenarnya konsumen harus merasa bersyukur karena dengan teknologi kemasan kita dapat mengonsumsi beragam makanan dan minuman dengan aneka cita rasa. Daging mempunyai produk olahan yang sudah populer seperti sosis, corned, dan daging asap. Kalau daging sapi mempunyai kandungan protein 18%, maka produk olahannya adalah sebagai berikut: sosis 14,5%, corned (16%), daging asap (32%). Daging asap mengandung protein tinggi karena kadar airnya yang sudah sangat berkurang.


Uji inderawi dan kedaluwarsa


Kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan suatu makanan atau minuman kemasan masih pantas dikonsumsi sulit ditentukan secara kuantitatif. Berbagai analisis laboratorium baik secara kimia, fisik, maupun mikrobiologi dapat digunakan untuk menilai mutu suatu produk, tetapi acap kali sulit diinterpretasi tanpa melibatkan uji organoleptik (uji inderawi).


Uji inderawi dilakukan dengan menggunakan panelis (pencicip yang telah terlatih) untuk menilai mutu makanan atau minuman kemasan akibat pengaruh daya simpan. Uji ini dianggap paling praktis dan lebih murah biayanya. Tetapi ada juga kelemahannya. Misalnya, terdapatnya variasi produk dan variasi kelompok-kelompok konsumen yang mungkin tidak bisa terwakili oleh panelis. Panelis yang berasal dari laboratorium sering bersikap lebih kritis dan mempunyai kecenderungan menilai lebih rendah terhadap suatu produk.


Dalam penentuan daya simpan banyak sekali faktor yang terlibat, tetapi faktor yang sangat menentukan adalah jenis makanan itu sendiri, pengemasan, kondisi penyimpanan, dan distribusi. Dengan kemasan yang baik suatu produk akan terhindar dari pengaruh buruk akibat uap air, oksigen, sinar, panas, dan hama.


Untunglah para produsen makanan dan minuman kini semakin sadar akan perlunya informasi tentang tanggal kedaluwarsa, sehingga hampir semua produk makanan dan minuman sudah mencantumkannya dalam label. Aspek kedaluwarsa ini menjadi tanggung jawab penuh produsen dan distributor, sedangkan konsumen hendaknya lebih memperhatikan aspek gizi dan bahan kimia yang ditambahkan dalam produk itu. (Dr. Ir. Ali Khomsan, dosen Jurusan Gizi Masyarakat & Sumberdaya Keluarga, Faperta IPB)


sumber : mai-archive

JAMU INDONESIA

By Erik Prabowo • December 21, 2008


Mungkin sudah banyak beredar informasi dikalangan Dokter bahkan masyarakat luas bahwa jamu dapat menyebabkan kebocoran pada lambung ( perforasi gaster ). Benarkah demikian?


Jika kita berbicara mengenai hal ini, tentunya harus sangat berhati-hati dan bertanggungjawab, mengapa? Karena jamu merupakan obat tradisional Indonesia dan merupakan warisan budaya nenek moyang, bayangkan dampaknya bagi masyarakat luas dan pihak asing yang mendengar pernyataan yang kurang bertanggungjawab, "jamu Indonesia membahayakan bisa membuat lambung bocor" . Tentu efeknya akan sangat merugikan bangsa kita sendiri.


Tapi seandainya hal ini benar , jangan sampai juga kita terlambat memberikan informasi ini kepada masyarakat. Lalu bagaimana? Manakah yang benar?


Jika merujuk pada evidence base medicine -nya : perforasi gaster didahului oleh tukak peptik ( PUD = Peptic Ulcer Disease) terbanyak disebabkan oleh infeksi dari Helicobacter pylori dan konsumsi obat golongan antiinflamasi non steroid (NSAID) .


* Data dari Amerika, 70% dari PUD disebabkan oleh infeksi H pylori .


* NSAID menyebabkan sekitar 25% dari PUD yang merupakan akibat sekunder dari penurunan produksi prostaglandin yang diakibatkan oleh inhibisi dari cyclooxygenase .


Untuk di Indonesia belum terdapat data yang jelas, namun tentunya dapat kita simpulkan bahwa infeksi dari H pylori sebagai penyebab dari tukak peptik yang dapat berlanjut menjadi perforasi gaster.


Lalu apa hubungannya dengan jamu? Mari kita kembali pada beberapa waktu yang lalu, santer diberitakan diberbagai media masa bahwa terdapat 54 produk jamu yang tidak terdaftar pada BPOM dan mengandung bahan kimia berbahaya. Bahan yang banyak digunakan antara lain sibutramin, hidroklorida, sildenafil sitrat, siproheptadin, fenilbutason, asam mefenamat, prednison, metampiron, teofilin, dan parasetamol . Semua dalam penggunaannya memerlukan resep dokter.


Penggunaan bahan kimia obat keras secara sembarangan sangat berbahaya bagi kesehatan. Sildenafil sitrat , misalnya, dapat menyebabkan sakit kepala, mual, nyeri perut, nyeri dada, dan bahkan kematian. Adapun Metampiron dapat menyebabkan gangguan saluran cerna, pendarahan lambung, gangguan ginjal, dan bahkan kematian. Prednison merupakan Steroid yang dapat menyebabkan tukak lambung jika digunakan secara tidak tepat.


Jadi jelaslah mengapa JAMU DAPAT MENYEBABKAN KEBOCORAN LAMBUNG, bukan disebabkan oleh karena JAMU itu sendiri , namun bahan -bahan kimia tertentu yang secara tidak bertanggungjawab dimasukkan kedalam produk jamu tersebut.


Selama bertugas dibagian Bedah RS Dr. Kariadi, beberapa kali saya menjumpai kasus perforasi gaster, dengan adanya riwayat mengkonsumsi jamu pegel linu secara rutin. Setelah dikonfirmasi lebih jauh, ternyata jamu-jamuan yang mereka konsumsi memang bukan berasal dari produk yang terdaftar pada BPOM.


Kesimpulannya : Berhati-hatilah saat hendak mengkonsumsi jamu, pastikan bahwa jamu tersebut telah terdaftar pada BPOM, konsumsilah jamu secara bertanggungjawab. Yang dimaksud dengan bertanggungjawab disini adalah mengkonsumsi secara hati-hati dan tidak berlebihan (oleh karena produk jamu tidak memiliki dasar penelitian farmakologis yang mendalam sehingga dosis dan waktu pemberian harus berhati-hati). Hentikan konsumsi jamu tersebut jika terdapat nyeri pada perut bagian atas dan segerah berkonsultasi pada dokter anda.


Sabtu, 03 April 2010

music yanni

http://www.ziddu.com/download/9286693/Yanni-Nightingale.mp3.html

http://www.ziddu.com/download/9286694/Yanni-ButterflyDance.mp3.html

http://www.ziddu.com/download/9286695/Yanni-YouOnlyLiveOnce.mp3.html

http://www.ziddu.com/download/9286696/Yanni-IntheMorningLight.mp3.html

DAFTAR ISI